Petualangan Sherlock Sidekicks: Kode Rahasia di Koridor Sekolah

Sherlock Sidekicks terdiri dari empat siswa kelas 2 SMP yaitu Bella, Dito, Rara, dan Farel. Mereka pertama kali bertemu di perpustakaan dan menjadikannya sebagai markas rahasia untuk berkumpul dan melakukan diskusi. Nama Sherlock Sidekicks artinya adalah ‘Para Asisten Sherlock’. Mereka terinspirasi dari karakter fiksional yang sangat mereka sukai yaitu detektif Sherlock Holmes. Kembali kepada empat sahabat, mereka pun segera berdiskusi untuk melakukan pencarian setelah mendapat daftar korban dan barang-barang hilang dari Bu Marissa. Dari daftar tersebut, mereka menyadari bahwa kehilangan terjadi di 4 ruang ekskul yang sedang aktif akhir-akhir ini.

Sembari merencanakan pencarian di ruang ekskul, Bella mengingatkan para sahabatnya. “Kita harus berhati-hati dan memastikan tidak ada yang tahu identitas kita. Misi ini harus menjadi rahasia di antara kita dan Bu Marissa,” yang lain pun mengangguk sebagai tanda setuju. Sherlock Sidekicks berencana untuk menyamar sebagai anggota dari beberapa ekskul, yaitu ekskul musik, ekskul seni rupa, ekskul pengetahuan alam, dan ekskul futsal.

“Jadi, siapa yang akan melakukan pencarian di masing-masing ruang ekskul?” tanya Dito. “Karena tidak mungkin kita semua akan selalu berempat untuk melakukan pencarian. Nanti kita bisa ketahuan.”

“Bagaimana kalau kita berempat membagi tugas saja. Bella di ruang musik, karena kadang kamu berlatih biola disitu. Dito di ruang ilmu pengetahuan, Rara di ruang seni rupa karena kamu memang anggota ekskul seni rupa. Sementara aku di sporthall yang biasa digunakan untuk futsal,” jelas Farel.

“Kita mulai pencarian besok ya, kalau sekarang menurutku sudah terlalu sore,” sanggah Rara.

Setelah membagi tugas dan melakukan perencanaan sebaik mungkin. Mereka semua akan menggunakan rencana ‘mencari barang pribadi yang hilang’. Mulai dari Bella yang akan pura-pura kehilangan resin biolanya, Rara akan pura-pura kehilangan sketsa gambarnya, Dito akan pura-pura kehilangan rumus kimia miliknya, dan Farel akan pura-pura kehilangan botol minum.

Esok harinya, mereka segera melaksanakan pencarian seperti yang sudah mereka rencanakan pada saat istirahat pertama. Ketika istirahat kedua, mereka janjian untuk berkumpul lagi di perpustakaan. Untungnya, para siswa atau guru belum ada yang menyadari kalau empat sahabat ini adalah Sherlock Sidekicks karena sudah terbiasa melihat mereka dekat sejak kelas 1 SMP. Kembali lagi kepada Sherlock Sidekicks yang berkumpul untuk menanyakan bukti-bukti atau petunjuk apa saja yang sudah ditemukan tiap anggota. Bella menemukan selembar kertas di koridor dekat ruang ekskul musik, sementara Rara dan Dito masing-masing menemukan selembar kertas di dalam ruang ekskul seni rupa dan ruang ekskul ilmu pengetahuan. Farel pun memberi tahu mereka, kalau dia belum bisa mengakses sporthall karena sedang digunakan. Kemungkinan Farel akan kembali lagi kesana setelah jam pulang sekolah. Mereka pun janjian bersama untuk mengunjungi sporthall saat pulang sekolah nanti. Sekarang, mereka akan coba memecahkan petunjuk yanng telah ditemukan.

Dari tiap lembar kertas, terdapat gambar-gambar yang kesannya abstrak. Selain itu, di tiap ujung kanan atas serta ujung kiri bawah terdapat sebuah titik yang cukup tebal. Rara dan Bella adalah yang pertama kali menyadari titik-titik tersebut.

“Wah, apa kalian menyadari sesuatu?” tanya Rara.

“Di setiap lembaran kertas, terdapat dua titik. Satu di ujung kanan atas dan satu di ujung kiri bawah,” jelas Bella

“Tapi ini terlihat seperti gambar iseng saja, sangat abstrak,” komen Dito.

“Tunggu, aku punya ide. Coba kalian tumpuk gambar-gambar tersebut. Lalu, arahkan tumpukan gambar itu ke arah lampu,” cetus Farel.

Mereka pun mulai asyik menumpuk gambar-gambar petunjuk itu. Tiga kali mereka merombak tumpukan gambar hingga percobaan terakhir. Terlihatlah bahwa gambar tersebut menciptakan ilusi seperti sebuah peta ketika diarahkan ke lampu, hanya saja masih kurang lengkap karena Farel belum menemukan lagi petunjuk berikutnya.

Ketika pulang sekolah, empat sahabat itu segera bergegas menuju sporthall. Sesampainya, hanya Farel lah yang masuk untuk mencari petunjuk dengan alasan ingin mencari botol minumnya yang hilang. Ketiga sahabatnya pun hanya menunggu Farel dengan sabar sekitar 30 menit. Tak lama kemudian, Farel datang dengan napas tersengal dan tergesa-gesa.

“Ini.. hah.. gawat..” dengan napas tersengal, ia coba melanjutkan.

“kita…pergi.. sekarang.. CEPAT!”

Mereka berempat pun segera bergegas menuju perpustakaan dan menenangkan diri disitu. Setelah semua tenang, Farel bercerita kalau ada seorang siswa yang memperhatikan gerak geriknya dan sepertinya melihat Farel mengambil selembar kertas di koridor ruang ganti.

“Oh Tuhan, jangan sampai dia mengetahui kita,” harap Bella. Dito dan Rara pun mulai melihat ke sekitar dan waspada dengan kemungkinan diikuti atau diperhatikan oleh siswa tersebut.

“Hei, semakin kalian melakukan itu, kita akan semakin terkesan mencurigakan tahu!” tegur Bella.

“Apakah kamu mengingat wajahnya, Rel atau sempat berbicara dengannya?” lanjut Bella yang menanyakan Farel.

“Iya, aku berbicara sedikit dengannya. Namanya Rio, dia salah satu siswa pindahan baru di SMP kita. Dia bertanya padaku apa yang sedang kucari, aku bilang saja ‘botol minumku’. Kupikir, dia akan meninggalkan aku sendiri, tapi nyatanya dia hanya diam memperhatikanku. Aku merasa tidak nyaman dan segera bergegas untuk menemukan selembar petunjuk tersebut. Setelah menemukannya, aku buru-buru pamit dan lari keluar sebelum ia menanyakanku lebih lanjut,” jelas Farel akan situasi yang dihadapinya di sporthall tadi. “Ini kertasnya. Aku rasa ada baiknya bila petunjuk-petunjuk ini dipegang oleh satu orang saja.”

“Kalau begitu Rara saja. Itu bisa kamu simpan diantara buku sketsa khusus yang sering kamu bawa kemanapun dan kapanpun. Dengan begitu, tidak akan hilang atau tertinggal,” saran Dito.

Farel dan Bella mengangguk setuju. Sementara Rara, ia cukup khawatir.

“Apakah benar tidak apa-apa bila aku yang membawanya? Aku agak takut,” Rara pun mengutarakan keresahannya.

“Semuanya akan baik-baik saja, Ra. Selama tidak ada yang melihat, pasti akan tetap aman,” ujar Bella sembari menenangkan Rara.

“Benar, Ra. Yang pasti, kita harus segera menemukan pencurinya beserta barang-barang yang hilang,” kata Dito dengan penuh semangat.

Mereka pun melanjutkan memecahkan petunjuk yang sudah ditemukan dengan menggabungkan seluruh gambar yang sudah terkumpul. Setelah disusun dengan urutan yang benar, barulah mereka menyadari bahwa petunjuk ini memanglah sebuah peta. Mereka merasa familiar, tapi tidak tahu itu peta dari bangunan apa. Usai berdiskusi, empat sahabat itu segera bergegas pulang karena hari semakin sore. Namun, saat mereka keluar dari perpustakaan, sudah ada Rio yang duduk menunggu di depan ruang tunggu perpustakaan. “Apakah kalian sedang menyelesaikan sebuah misi?”, tanya Rio mendadak.

Empat sahabat itu pun tersentak kaget dan berusaha tetap tenang. “Misi? Apa maksudmu?” tanya Farel pura-pura tidak paham.

“Oh ayolah, kalian tidak perlu bersembunyi seperti itu. Aku mendengar salah satu dari kalian tadi berkata kalau kalian harus segera menemukan pelaku dan barang-barang yang hilang,” jawab Rio.

“Oh itu, kami baru saja selesai menonton animasi detektif favorit kami. Kami terbawa suasana dan ikut bersemangat untuk melihat bagaimana detektif itu akan menemukan pelaku serta memecahkan misteri barang-barang yang hilang,” sergah Dito.

“Eh benarkah? Tapi, aku tidak melihat dari kalian sedang membuka laptop atau mengakses komputer dalam perpustakaan,” jawab Rio dengan senyum meledek. “Jadi, kalian sedang menyelesaikan misi apa, para detektif?”

Mereka berempat terdiam kaget dan saling menatap satu sama lain. “Hah.. baiklah, kamu sudah mengetahui siapa kami. Seperti yang kamu tahu, kami sedang berusaha memecahkan kasus barang hilang di sekolah ini,” jelas Farel.

Rio pun menawarkan diri untuk membantu mereka. Ia tidak sengaja mendengar percakapan antar guru yang mengatakan bahwa sekolah ini memiliki beberapa ruang rahasia. Sherlock Sidekicks pun semakin tertarik mendengar penjelasan Rio. Akhirnya mereka membuat sebuah perjanjian, dimana Rio akan menjaga identitas Sherlock Sidekicks dan empat sahabat itu akan membiarkan Rio membantu sebisanya.

Selama beberapa hari, Sherlock Sidekicks mencari petunjuk lain dengan bantuan Rio sebagai informan dan seseorang yang pandai melakukan observasi. Walau begitu, mereka masih belum bisa memberikan petunjuk utama yang mereka dapat kepada Rio, yaitu sebuah peta. Selain itu, Bella merasa ada sesuatu yang janggal dari Rio. Ia merasa, Rio terkesan sangat kenal betul dengan sekolah ini seolah-olah ia sudah pernah bersekolah disini sebelumnya. Beberapa kali, Bella menyadari kalau Rio memberitahukan mereka mengenai ruangan di gedung kanan yang seharusnya tidak diketahui oleh siswa baru yang masuk seminggu lalu. 

Bella pun menceritakan hal ini kepada Rara ketika ia menginap di rumah Rara untuk menemaninya. Rara juga teringat satu hal, kalau Rio juga menyukai Sherlock Holmes, tapi dia sangat terinspirasi dengan musuh abadi Sherlock, yaitu Moriarty. Lalu, sesuatu seolah-olah menyambungkan pikiran Bella dan Rara yang membuat mereka berdua terdiam beberapa detik. Selanjutnya, mereka bergegas mengambil peta petunjuk yang telah mereka susun untuk diperhatikan lebih lanjut. Saat mereka sedang asyik memperhatikan peta petunjuk, kompleks rumah Rara mengalami mati listrik mendadak. Bella dan Rara pun buru-buru mencari sumber cahaya, hingga Bella tak sengaja memegang lampu UV mini milik Rara dan langsung mengarahkannya pada peta tersebut.

Baik Bella dan Rara menjerit tertahan ketika mereka menemukan petunjuk lain diatas lembaran kertas tersebut. “ASTAGA! INI BENAR-BENAR TIDAK TERDUGA!” teriak Rara kagum.

Ssstt, kecilkan suaramu, Ra. Ini sudah malam. Tapi kamu benar, aku juga tidak menyangka adanya petunjuk tersembunyi seperti ini,” sambung Bella.

Petunjuk baru yang mereka temukan adalah empat huruf yang sepertinya membentuk sebuah inisial, yaitu M R T Y. Huruf-huruf itu dituliskan di bagian atas kertas menggunakan pen dengan tinta khusus yang hanya bisa terlihat jika diberi pencahayaan UV. Bella dan Rara kembali termenung dan segera bertukar opini mengenai inisial yang mereka temukan. Setelah diperhatikan baik-baik, inisial ini sangat mirip dengan nama Moriarty, hanya saja huruf vokalnya dihilangkan. Rara pun mengingat sesuatu yang membuatnya kembali menatap Bella dengan mulut menganga.

“Kenapa, Ra? Kamu terpikirkan sesuatu?” tanya Bella.

“Ya Bell, ini sungguh mencengangkan. Selain inisial itu mirip dengan nama Moriarty, itu sangat sesuai dengan nama panjang Rio. Aku baru ingat kalau dia satu kelas denganku dan dia sangat pendiam di kelas, seolah-olah berusaha menutup kehadirannya,” jelas Rara. “Nama panjangnya adalah Mario Ratandiono Yulianus.”

Mario RaTandiono Yulianus,” ulang Bella sembari memberi penekanan pada huruf-huruf  yang terpampang di peta petunjuk.

Mereka berdua pun segera menelepon Dito dan Farel saat itu juga, untuk membicarakan petunjuk baru yang mereka temukan.

“APA?!” seru Dito.

“Apakah kalian yakin bahwa semua barang-barang yang hilang merupakan ulah Rio?” tanya Farel untuk memastikan.

“Ya, aku dan Bella seratus persen yakin dan setuju bahwa Rio merupakan pencurinya,” kata Rara. Setelah berdiskusi dengan Dito dan Farel melalui telepon, mereka sepakat untuk bertemu di perpustakaan esok hari di jam istirahat kedua. 

Keesokan harinya ketika istirahat kedua, mereka segera ke perpustakaan untuk mediskusikan dan menyelidiki lebih dalam mengenai Rio dan keterlibatannya terkait kasus barang-barang berharga yang hilang. Tak lupa petunjuk yang telah mereka temukan dibawa dalam diskusi yang mereka lakukan. 

“Kita harus memperoleh lebih banyak informasi tentang tulisan di kertas-kertas petunjuk. Kemungkinan besar itu adalah tulisan tangan Rio. Kita perlu mencari tahu juga apa yang ia lakukan di sekolah, dan apakah ada motif lain di balik tindakannya,” ucap Rara dengan serius dibarengi anggukan setuju dari ketiga sahabatnya.

“Tapi bagaimana kita bisa mengumpulkan informasi tersebut tanpa terlihat?” tanya Dito.

Bella tiba-tiba menjentikkan jarinya, “Aku punya ide.”

“Kita akan meminta tolong ke Bu Marissa untuk memperlihatkan tanda tangan dan nama Rio dari surat pernyataan mengikuti ekskul. Kita pastikan dari surat tersebut apakah tulisan tangannya sama dengan tulisan yang ada di petunjuk. Dengan begitu, kita tidak perlu susah-susah berdekatan dengannya atau bahkan membahayakan identitas kita.”

Ketiga yang lain pun setuju dan segera mendatangi Bu Marissa. Mereka menjelaskan kepada Bu Marissa hasil deduksi mereka serta memperlihatkan petunjuk yang telah mereka temukan. Lalu, meminta izin kepada Bu Marissa untuk melihat surat pernyataan mengikuti ekskul milik Rio. Bu Marissa pun segera mengambil surat tersebut dan memberikannya kepada Sherlock Sidekicks untuk dianalisa lebih lanjut. Dan benar saja, tulisan tangan Rio di surat sama persis dengan tulisan yang ada pada petunjuk.

“Tapi anak-anak, bukti ini Ibu rasa tidak akan cukup untuk menangkap dan meminta Rio mengaku atas pencurian yang dilakukannya,” ujar Bu Marissa.

“Hehe, kami sudah melakukan rencana lain untuk itu, Bu. Beberapa hari yang lalu, kami meminta tolong kepada satpam untuk bantu memasangkan kamera pengintai kecil di ruang musik dan ruang olahraga. Saat pulang sekolah nanti, kami berencana untuk mengambil kamera tersebut dan mengecek hasil rekaman,” jelas Dito.

“Ah, ya ampun, kalian ini ada-ada saja. Beruntung tidak ada guru atau murid yang melihat dan melaporkannya kepada Ibu,” sambung Bu Marissa yang diberi cengiran Sherlock Sidekicks.

Setelahnya, mereka segera menyusun rencana untuk menghadapi Rio dan mendesaknya agar segera jujur. Sherlock Sidekicks mengamati setiap gerak gerik Rio dan menunggu waktu pulang sekolah untuk mendesak Rio. Saat area sekolah mulai sepi, Sherlock Sidekicks mengikuti Rio dari kejauhan mulai dari ruang olahraga sampai ruang musik. Mereka tercengang untuk kesekian kalinya bahwa memang ada ruang rahasia kecil dimana Rio menyembunyikan koleksi curiannya, baik di ruang musik atau pun ruang olahraga. Ketika Rio asyik memperhatikan koleksi barang curian di ruang musik, Sherlock Sidekicks melabrak Rio. 

“Sudah cukup Rio! Berhenti mencuri!” ujar Farel dengan tegas.

“Kami memegang semua buktinya!” tambah Bella disertai dengan Rara yang mengeluarkan kertas petunjuk dan Dito yang memegang kamera pengintai.

Rio pun terkejut dan menyerah karena sudah jelas ia tidak bisa lagi berbohong. Adanya rekaman dari kamera pengintai semakin memperkuat bukti dan Rio tentu tidak bisa berkutik.

Design a site like this with WordPress.com
Get started